Ini kisah tentang ikan Suree (bahasa Aceh), atau Tongkol alias
Tuna. Pagi tadi, seperti Sabtu pagi yang lalu dan yang sudah-sudah, saya
belanja di pasar pagi, namanya Pasar Setui. Aktivitas saya berbelanja memang
tidak penting bagi Anda, karena cukup keluarga saya saja yang merasa penting.
Tapi, pagi ini saya ingin bercerita tentang kisah si Suree atau tongkol tadi dalam
perekonomian, khususnya bagi negeri ini. (*lho, apa hubungannya?)
Di pasar tadi, khususnya di lapak penjual ikan, Suree
mendominasi. Sepanjang observasi saya, ada banyak Suree, tidak seperti
biasanya. Dalam hati penjual ikan mereka seolah ingin berkata “Ketika Musim Suree
Tiba”. Tapi yang menarik minat saya bukan kepada penjual ikan tersebut, karena
memang sudah tugas mereka menjual ikan, kalo mereka tidak jual ikan, mereka
harus cari profesi baru, boleh tukang sayur, insinyur, atau gubernur.
Oke, kembali
ke Suree. Suree yang membanjir logikanya mampu menurunkan harganya. Seperti
yang dipelajari dalam ilmu ekonomi, jika persediaan suatu barang di pasar atau
supply banyak, maka harga biasanya turun. Contoh lain, saat musim duren di Banda
Aceh beberapa bulan lalu. Saat duren membanjiri kota, harganya secara otomatis
rendah, kata orang ini juga hukum pasar. (*padahal hukum kan di pengadilan, kok
di pasar?). Jika sebelum musim duren tiba, harganya berkisar antara 20 ribu
lebih, maka disaat ia berlimpah, harganya turun hingga ada yang 7 ribuan.
Intinya duren melimpah, harganya terjerembab. Begitu juga dengan komoditas
lain, seperti cabe merah, bawang dan lain-lain.
Nah, yang saya tidak herankan kenapa disaat Suree melimpah,
harganya juga merangkak naik. (*Jika Anda heran itu wajar, sedangkan saya tidak
heran karena saya sudah tahu jawabannya. Tapi saya pura-pura heran dulu, agar
saya bisa berfikir dan bertanya-tanya).
Beberapa minggu lalu, Suree dengan ukuran –mungkin sekitar 2
kilo lebih- berada pada kisaran 50 ribu, terkadang kalo boleh nawar, dikasihlah 45 ribu. Kalo ibu-ibu yang nawar bisa jadi 40 ribu.(*Ini skill yang sangat rumit dan belum saya kuasai). Sabtu ini, Suree ini berani jual mahal, pada posisi 60-70 ribu perak. Lho kok
bisa naik, kan stoknya banyak, ada apa ini? Kondisi ini pasti ada jawabannya,
karena ada korelasi dengan kondisi ekonomi dan kebijakan politik pemerintah. (*Waduh,
apalagi ini, kok Suree bisa berurusan dengan politik? Emang Suree anggota
Parpol apa?)
Begini, ternyata eh ternyata gonjang-ganjing dan masalah
kelangkaan BBM ternyata punya andil. Disaat BBM bersubsidi langka atau dibatasi,
konsekuensi logisnya tentu pemakai atau produsen bergantung padanya. Nelayan butuh BBM solar
untuk mencari dan menangkap para Suree untuk kemudian dibawa ke daratan, dan
dijual di pasaran. Nelayan sempat mengeluh susahnya mendapatkan solar, kalopun
ada harganya lebih mahal.
Nelayan gak ada pilihan lain untuk mengganti solar
sebagai bahan bakar. *Mungkin jika air laut bisa menjadi bahan bakar, ceritanya
gak akan seperti ini J.
Belum lagi kebutuhan hidup lain yang harganya juga terus meningkat. Maka, nelayan
harus menyesuaikan kondisi ini dengan menaikkan harga Suree. Orang yang belajar
ekonomi bilang ini namanya INFLASI. Ya, ternyata Suree berkontribusi terhadap
inflasi di Aceh. Serius, ini bukan lebay. Tidak percaya, silakan tanya BPS. (*Apa itu?
Badan Pusat Suree?). Bukan, BPS itu adalah Badan Pusat Statistik.
Bahkan dalam beberapa laporan BPS memaparkan data tentang komoditas
yang memberikan andil tinggi terhadap terjadinya inflasi, salah satunya ya
Suree itu. Sebenarnya inflasi tak selamanya jahat, karena ia bukan seperti
lemak jahat. Inflasi juga ada manfaatnya juga bagi perekonomian, makanya
pemerintah punya perhatian serius terhadap dinamikan ini. Dan bukan hanya
inflasi, ternyata Suree juga berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan
baik di kota maupun di desan. (*What? Suree bisa berpengaruh sedahsyat itu? ) Ya,
begitulah, Oom di BPS yang bilang gitu. Walaupun bukan hanya Suree, tapi juga
komoditas lain seperti beras, hingga rokok kretek filter.
Maka tak heran disaat Suree makin mahal, harga bahan makanan
juga ikut-ikutan.
Orang Aceh memang suka makan Suree. Menu varian Suree sangat
lazim dijumpai di rumah makan dan resto di Aceh, misalnya tumis Ikan Kayu, yang
berbahan utama Suree. Saya sedang membayangkan bagaimana pengaruh Suree ini
pada industri kuliner di Aceh. Selain itu, kepedulian saya terhadap Suree ini juga
karena saya termasuk sebagai presidium “Ikatan
Keluarga Penggemar & Pencinta Suree, Tuna alias Tongkol” kalo disingkat
“IKANPAUSTOK”. Membayangkan ini akhirnya membuat saya lapar, dan ingin
menyantap Suree yang sudah diolah dan dimasak secara luar biasa oleh istri
saya.
Ya udah, makan dululah. Selamat makan..:)
No comments:
Post a Comment