Setahun lalu saya masih ingat saat ngetwit dalam keadaan
sadar-sesadarnya. Malam sebelum tanggal 12 Oktober 2013, jemari saya menyuruh
ngetwit yang isinya mengenai urgensi memperingati atau merayakan #SangerDay.
Kenapa 12 Oktober? Karena saat ide itu datang tepatnya tanggal 11 Oktober 2013
malam, jadi sudah malam, gak asik aja. Jadi, dirayakannya besok aja, tanggal 12
Oktober. Lantas ada yang tanya, apa urgensinya? Kenapa perlu diadakan
#SangerDay? Ini pertanyaan sulit yang perlu riset serius untuk menjawabnya.
Akhirnya saya berkesimpulan bahwa #SangerDay perlu diadakan “supaya ada”.
Bayangkan kalo kita tidak merayakan atau mengadakannya, pasti gak akan ada kan?
Ternyata twit saya direspon secara serius oleh akun
@Iloveaceh. Akun atau tim inilah yang membuat ide kecil memperingati #SangerDay
menjadi besar dan dahysat.
Sejarah Sanger
Apa itu Sanger? Siapakah penemu Sanger?
Jika merujuk pada Wikipedia, katanya
Sanger (minuman), itu adalah kopi susu khas Aceh. Sementara nama Sanger juga
merujuk pada tempat atau kota- kota di Amerika Serikat.
Wikipedia sudah betul mendefinisikan Sanger, tapi mereka
pasti belum tahu sejarah tentang sanger. Saya yakin itu. Mungkin masih banyak
yang belum mengerti tentang makna Sanger karena mungkin mereka belum paham
sejarah lahirnya Sanger.
Sanger lahir tanpa bidan, tanpa tanggal (karena saya lupa).
Seingat saya di tahun 1997, saat krisis moneter menerpa Indonesia. Harga
barang- barang melonjak drastis, sangat mahal. Inflasi gila-gilaan. Tapi orang gila
tidak inflasi- inflasian. Di salah satu warkop di seputaran Ulee Kareng,
Atalanta namanya, mahasiwa genre reformasi sering ngopi disana. Tidak hanya
minum kopi, tidak sedikit kawan-kawan saat itu cuma minum teh. Bagi yang ingin
minum kopi, bolehlah pesan kopi susu. Nah, disinilah awal Sanger lahir. Susu
atau creamer yang biasa digunakan
pada warkop di Aceh mengalami dampak krisis ekonomi tersebut, harganya
ikut-ikutan mahal. Akibatnya pemilik warung terpaksa ikut menaikkan harga kopi
susu. Harga naik tidak diiringi dengan naiknya uang jajan para mahasiswa. Mahasiswa
yang tidak kuat minum kopi hitam, dan tak mampu membayar kopi susu melakukan “negosiasi”
dengan pemilik warung. Akhirnya dicapai kata sepakat dengan mengurangi kadar
susunya, dan menambahkan unsur gula. Kesepakatan ini dilandasi atas semangat
saling mengerti atau “Sama-sama Mengerti”. Perlahan tapi pasti hingga sekarang
nama Sanger menjadi merk dan branding
kopi susu nikmat dari Aceh. Jika ingin “berterimakasih”, maka berterimakasihlah
pada mahasiswa Aceh dan krisis moneter. Dan perlu saya tekankan, bahwa Sanger
itu samasekali tidak ada kaitannya dengan kata sangar.
Alasan Memilih Sanger (Mayoritas menganggap Sanger adalah minuman nikmat)
Ada 1001 alasan orang memilih dan minum Sanger. Untuk itu,
saya mencoba melakukan survey kecil- kecilan untuk melihat mengapa atau alasan
apa dibalik “fenomena” Sanger ini.
Menurut survey yang tidak terlalu saintifik dan ilmiah ini, ternyata sebagian besar orang atau 42% merasa Sanger adalah minuman “nikmat dan pas di lidah”. Faktor ekonomis yang menjadi dasar lahirnya Sanger juga berpengaruh pada preferensi orang terhadap minuman ini, yaitu ditandai dengan 17% orang memilih Sanger karena “Harga standar”. Standar disini dimaknai sebagai harga yang tidak terlalu mahal dan cocok di kantong. Sedangkan sisanya yaitu, mulai dari “Gak kuat minum kopi hitam” sebanyak 9%. Ada juga yang ingin “Biar tambah sangar” sebanyak 8%. Yang menarik ada responden yang menjadikan Sanger sebagai minuman yang “Bikin tidur nyenyak” dan “Supaya proses lancar”. Proses lancar menurut analisis psikologis biologis, dapat dimaknai “lancar” saat di WC. Namun, ada juga responden “nyeleneh” dengan menjawab bahwa alasannya minum Sanger adalah “Bah Sangak” (Terjemahan bebas bahasa Aceh: Supaya Bengong). Untuk lebih lengkapnya silakan lihat grafik berikut.
Menurut survey yang tidak terlalu saintifik dan ilmiah ini, ternyata sebagian besar orang atau 42% merasa Sanger adalah minuman “nikmat dan pas di lidah”. Faktor ekonomis yang menjadi dasar lahirnya Sanger juga berpengaruh pada preferensi orang terhadap minuman ini, yaitu ditandai dengan 17% orang memilih Sanger karena “Harga standar”. Standar disini dimaknai sebagai harga yang tidak terlalu mahal dan cocok di kantong. Sedangkan sisanya yaitu, mulai dari “Gak kuat minum kopi hitam” sebanyak 9%. Ada juga yang ingin “Biar tambah sangar” sebanyak 8%. Yang menarik ada responden yang menjadikan Sanger sebagai minuman yang “Bikin tidur nyenyak” dan “Supaya proses lancar”. Proses lancar menurut analisis psikologis biologis, dapat dimaknai “lancar” saat di WC. Namun, ada juga responden “nyeleneh” dengan menjawab bahwa alasannya minum Sanger adalah “Bah Sangak” (Terjemahan bebas bahasa Aceh: Supaya Bengong). Untuk lebih lengkapnya silakan lihat grafik berikut.
Memang ada 1001 dan beragam- macam alasan orang minum Sanger. Silakan aja, bebas aja. Yang penting jika Anda minumnya di warkop atau café, jangan lupa bayar, karena dampaknya akan sangat berbahaya.
Selamat menikmati Sanger, selamat memperingati dan merayakan
#SangerDay.
Banda Aceh, 12 Oktober
2014